Halaman

Motivator In My Heart (Chapter 6)

Dua hari berlalu. Rachel belum juga melakukan rencananya. Mengatakan maaf pada Derek atas sikapnya.
“Aku harus minta maaf saat ini juga,” ia bergumam. “Aku tidak mau menyimpan kesalahan lebih lama lagi.
Ia mengambil handphone-nya dan mulai mengetik kata maafnya pada Derek.

Derek, I’m really sorry. Aku kemarin memang keterlaluan. Tapi aku tidak bermaksud untuk bersikap kasar padamu. Aku hanya tidak suka dibohongi. Ya, walau memang itu hanya prasangka yang tidak terbukti dari aku. Kumohon kamu jangan marah ya. Aku benar-benar menyesal. Aku minta maaf ya.
-Rachel-

Send,” ia pun mengirim pesan itu. “Semoga Derek nggak marah.”
Din! Din!
Terdengar suara klakson mobil di depan rumah Rachel.

Rachel, cepatlah keluar dari rumahmu sekarang dan ikut aku pergi. Aku menunggumu.
-Derek-


“Apa maksud Derek ya?” Rachel lalu berlari ke jendelanya. Ia melihat Derek sedang berdiri di depan mobilnya. Ia pun tersentak. “Apa dia bakal menuntut aku? Ya ampun. Gimana nih?” Ia berjalan mondar mandir. “Ok Rachel. Tenang. Derek bukan seperti itu. Tenang.” Ia menghela nafas dan menghembuskannya perlahan.
Ia pun bergegas mengganti bajunya dan keluar dari rumahnya.
Jantungnya sangat berdebar-debar saat ia berjalan menuju Derek. Sebenarnya, ia masih merasa enggan bertemu dengannya. Tapi, sekarang ia tak punya pilihan.
Semakin ia dekat dengan Derek, semakin ia melihat ada senyum di wajah Derek. Ia tak melihat sedikitpun ekspresi marah, kesal atau pun licik. Oh tidak. Ini aneh sekali.
“Hai,” sapa Rachel saat ia telah berada di sebelah Derek.
“Hai,”
“Kenapa tiba-tiba kamu mengajakku pergi?” tanya Rachel. “Apakah kau mau menuntut aku?”
Bukannya menjawab, Derek justru membukakan pintu jok depan bagi Rachel dan mempersilakannya masuk.
“Derek, maafkan aku,” kata Rachel lagi seakan ia enggan masuk ke mobil. “Jangan menuntutku ya.”
“Masuklah dulu,” pinta Derek.
“Baiklah,” Rachel tak punya pilihan. Ia pun masuk ke mobil, dengan disusul Derek yang kemudian masuk ke mobil dan menjalankan mobil.
“Derek,” kata Rachel.
Derek hanya tersenyum. 


 Beberapa waktu kemudian, mereka sampai di sebuah restoran di pinggir pantai. Saat mereka keluar dari mobil, angin pun segera menerpa tubuh mereka.
“Restoran?” gumam Rachel. Ia merasa bingung tapi ia juga merasa sedikit lega karena yang dilihatnya sekarang bukanlah kantor pengadilan.
“Ayo masuk,” Derek menggandeng Rachel.
Mereka berdua pun masuk ke dalam restoran. Suasananya cukup sepi. Tidak banyak orang yang ada disana. Bahkan jumlah orang-orang itu dapat dihitung dengan jari.
Derek menuntuk Rachel untuk duduk di tempat yang berada di ujung, dekat jendela yang langsung menghadap ke pantai.
“Kamu tidak menuntutku ya?” Rachel kembali bertanya hal yang sama.
“Tidak akan pernah,” sahut Derek.
“Benarkah?” senyuman merekah di wajah Rachel.
Derek mengangguk. “Sebenarnya, saat aku mendapat pekerjaan ini di perusahaan papaku, tekanan demi tekanan menimpaku,” ia mulai bercerita panjang lebar. “Karena aku bertemu seseorang yang membuat aku bangkit. Dia dapat membuatku kembali bersemangat walau dia sendiri sedang putus asa.”
“Hebat ya orang itu,” sahut Rachel.
Derek tersenyum dan mengangguk.
“Emm, by the way, apa kamu bawa aku kesini untuk dengar ceritamu?” tanya Rachel penasaran. “Well, i’m ready to be a listener then. Lanjut.”
“Aku ingin memberi dia hadiah,” lanjut Derek. “Menurutmu bagaimana?”
Rachel menaikkan alisnya. “Kamu tanya aku?” kata Rachel. “Ya, pasti semua orang mau lah diberi hadiah. Siapa yang tidak mau?”
“Baiklah. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah membalikkan tubuhmu,” katan Derek.
“Membalikkan tubuh?” Rachel mengerutkan dahinya, tapi kemudian melakukan apa yang Derek perintahkan.
Toeett! Toeett! Toeett!
Bunyi terompet mainan anak-anak pun dibunyikan. Sebuah spanduk bertuliskan “CONGRATULATIONS” terbuka. Kertas-kertas yang berkelap-kelip pun turun dari atap. Dan secara serentak, semua orang  yang ada disitu bertepuk tangan untuk Rachel. Rachel pun berdiri tercengang-cengang karenanya.
“Rachel! Selamat ya!” Mita menghampiri Rachel dan memeluknya.
“Lo memenangkan kontes menulis ini!” Susan pun ikut memeluknya.
Rachel pun mulai meneteskan air mata. Ia merasa sangat bahagia akan hal ini. Hal yang dari dulu telah ia impikan, sekarang menjadi kenyataan. Impiannya menjadi nyata!
“Tuhan,” Rachel menangis lebih lagi. “Thank you so much..Dan sahabat-sahabatku, makasi ya.” Ia memeluk Susan dan Mita lebih erat lagi.
Namun, ia tersadar bahwa ada satu orang lagi yang telah sangat baik padanya. Derek. Ia pun berpaling pada Derek.
“Derek,” Rachel menghapus air matanya. “Terima kasih banyak ya. Kamu sudah banyak sekali membantuku. Bahkan di saat aku sudah bersikap tidak baik ke kamu. Dan terima kasih telah membuatku bangkit dari keputusasaanku.”
Derek beranjak dari kursinnya. Ia mendekat pada Rachel. “Anytime untuk orang yang telah membuatku bangkit pula,” bisiknya.
Rachel tersenyum lebar.
“Ehem!” Susan berdehem dan memecahkan suasana. “Ayo kita rayakan bersama! Kita harus bersenang-senang hari ini!”
Mita pun bersorak.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Motivator In My Heart (Chapter 6)"

Banner Exchange

Neng Hepi Blog, Banner