Pacarku Superstar (Chapter 2)
“Apa? Hari ini kamu nemenin mamamu pergi ke pesta pertunangan?” Rita, teman sekelas Tim, tertawa terbahak-bahak. Ia tahu bahwa Tim akan terlihat aneh dengan gaun yang akan dipakainya. Ia pasti terlihat seperti anak laki-laki yang diberi gaun.
“Heh, kamu mesti lagi mikirin kalo aku pake gaun kan ?” tebak Tim ketus. “Kamu salah besar! Mamaku udah beliin baju pesta yang nggak feminim. Wek!”
“Masa?”
“Hih, Rita! Jangan buat aku jengkel,” celetuk Tim.
Din! Din! Sebuah mobil Mercedes hitam muncul di depan gerbang sekolah Tim, sekolah favorit di kota Semarang .
“Mama?” Tim terperanjat saat melihat mamanya muncul.
“Timmy-ku sayang,” mama mendekati Tim.
Mendengarnya, Rita berusaha menahan tawanya yang hampir meledak itu.
“Mama, kan aku udah pernah bilang, kalo manggil aku di rumah pake nama Timmy sih fine-fine aja. Tapi kalo di sekolah panggil aku Tim dong, Ma,” bisik Tim. “Lagipula nggak biasanya Mama njemput.”
“Iya, kan Mama mau kamu tampil cantik di pesta nanti,” kata Mama.
“Iya, tapi kan nggak harus sekarang, kan ?” gerutu Tim.”Lha terus sepeda motorku gimana?”
“Aha! Mama udah mikirin itu,” sahut Mama. “Mama udah ajak Pak Diro supaya bawa motormu.”
“Cape deh !” Tim menempelak dahinya sendiri. “Emang tukang kebun kita bisa bawa motor?”
“Bisa, bisa,” kata Mama. “Ya udah, Rita. Kami pulang duluan, ya.”
“Iya, tante,” kata Rita yang masih berusaha menahan tawanya.
Tim dan mamanya pun pergi ke sebuah salon yang ada di pusat kota . Mulai dari pukul tiga sampai pukul lima sore mereka berada dalam salon ternama itu. Spa, penataan rambut, periasan wajah, manicure dan pedicure dilakukan.
“Fuih! Udah selesai deh,” kata Tim. “Bener-bener ngrepotin ya jadi cewek. Dandan aja kok lama.”
“Jangan gitu dong, sayang, kamu kan anak perempuan,” kata Mama sambil melihat wajahnya di sebuah kaca kecil. “Ayo kita berangkat sekarang.”
Dengan pak Tanto sebagai supir, Tim dan mamanya melesat ke sebuah rumah yang sangat besar di Perumahan Gombel Indah, dimana teman dari mama Tim tinggal.
“Rame banget ya, Ma,” Tim melihat sekelilingnya. Rumah megah dikelilingi taman bunga yang sungguh indah terhampar di hadapannya.
“Iya dong. Namanya aja pesta pertunangan anak satu-satunya,” sahut Mama. “Ayo masuk.”
Pesta pun dimulai. Tim dan mama duduk di tengah. Namun di tengah pesta, Tim sudah sanang kegerahan dengan baju yang dipakainya. Ia pun memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan menghirup udara segar di taman.
Di sebuah bangku besi ia duduk. Rupanya, dengan mengabaikan penampilannya yang terlihat aneh itu, wajahnya yang manis tetap memberi pesona pada pemuda yang ada di sana dan mengundang mereka untuk datang mendekat.
Satu pemuda dating dan mengajaknya berkenalan. Tak lama, dua orang pemuda dating lagi. Dan sekarang sudah ada tujuh orang pemuda yang megelilinginya. Walaupun begitu, sikapnya yang acuh tak acuh membuatnya tak tertarik pada mereka seperti biasanya. Baginya belum ada seorang pun yang mempesonanya. No one special at this moment.
Tanpa sepatah kata pun, Tim meninggalkan ketujuh pemuda tampan dan kaya raya itu. Lalu ia berjalan mengelilingi seluruh rumah itu. Tak ada yang menarik yang dapat ia temukan malam itu, walau sebenarnya udara yang sangat sejuk dan angin sepoi-sepoi meniup rambutnya yang tergerai itu.
Tim pun melayangkan pandangannya ke seberang rumah itu. Ada sebuah restoran besar yang memasang sebuah layar LCD besar yang menayangkan video-video klip musik.
“That’s what friends are for,” Tim membaca judul video klip tersebut. “Bagus deh judulnya.”
Seketika itu juga, pandangannya tak bisa lepas dari penyanyi lagu itu. Ia terus memperhatikan seorang pemuda yang tampan berambut blondy yang menyanyikan lagu itu, mulai dari wajah, baju hingga caranya bergerak, sampai lagu itu berakhir.
Tim pun tersadar akan apa yang baru saja ia lakukan. “Kenapa aku ni? Aku nggak pernah merhatiin cowok kayak gini deh,” kata Tim pada dirinya sendiri. “Aneh.”
Belum lama, Mama Tim datang. “Timmy,” panggil Mama.
Tim berbalik. “Mama? Ngagetin aja,” kata Tim. “Kenapa, Ma?”
“Pulang yuk, Mama capek nih,” kata Mama.
“Ayo,”
***
0 Response to "Pacarku Superstar (Chapter 2)"
Posting Komentar